Sebuah Legenda Tentang Kemping

23:33 Frisca Putri 0 Comments

 

Once upon a Time in a Neverland.

Apakah kalian percaya dengan Cinta Lokasi (Cinlok)? Kata mereka, cinta lokasi itu nyata. Banyak yang sudah mengalaminya, ketika kenghabiskan banyak waktu bersama-sama bisa membuat orang mudah sekali tertarik dengan lawan jenisnya. Bahkan, hal ini juga didukung satu pepatah Jawa :

"Witing tresno jalaran soko kulino."

Yang berarti, "Cinta tumbuh karena terbiasa". Namun buat saya ini bisa dilakukan dengan syarat dan ketentuan berlaku. Masih harus ada faktor-faktor tambahan supaya ini bisa kejadian. Bagi saya, itu mungkin saja terjadi jika dari awal saya menganggap orang tersebut menarik, saya tidak sedang terikat dengan siapapun dan begitu juga pihak lainnya.

Hanya saja, ada satu legenda yang beredar dikalangan pelaku-pelaku perjalanan dan yang hobbynya kemping. Berkemah. Atau bahasa kerennya Camping. Legenda ini entah asalnya darimana, namun sudah mampir di kuping saya sejak bertahun-tahun lalu, tepatnya ketika mulai kenal dengan teman-teman yang suka jalan dan suka "pindah tidur" di tempat-tempat yang menurut kami mampu mengisi kembali semangat kami untuk berkutat lagi dengan rutinitas.

Legenda tersebut adalah, jangan begadang dengan lawan jenismu -atau gender apapun yang menjadi ketertarikanmu- jika kamu tidak ingin terlibat dalam jatuh cinta spontan. Tetap bangun dan bertukar cerita hingga subuh bisa membuatmu jatuh cinta dengan siapapun yang saat itu bersamamu. Pada pukul 03.00 dini hari, lawan bicaramu akan terlihat lebih menarik. Kamu pun perlahan-lahan akan mulai merasa santai karena rasa kantuk yang dibendung. Lalu aliran cerita akan semakin intim dan tiba-tiba kamu merasa kamu mengenalnya luar dan dalam.

Jika kamu orang yang impulsif, bisa saja malam itu kamu menyatakan cinta. Kemudian esoknya bangun dengan kebingungan karena bisa-bisanya bangun dengan menggenggam tangannya.

Percaya gak?

Percaya gak percaya sih, tapi saya punya cerita nyata mengenai ini. Ketika saya paham betul bahwa saya pernah jatuh cinta dengan seseorang, saat sedang kemping bersama dengan teman-teman lainnya. Teman-teman yang sudah seperti saudara sendiri sehingga untuk jatuh hati seakan tidak mungkin.

Namun, nyatanya malam itu, angin bertiup ke arah sebaliknya.

Malam itu, saya letih seletihnya. Karena baru saja sorenya pulang dari kota tetangga, kemudian langsung pergi menempuh jarak sekitar 120km lagi untuk bergabung dengan teman-teman yang lain. Kami punya agenda Persami (perkemahan sabtu-minggu) hari itu, jadi karena saya tidak ingin ketinggalan kesenangan, saya menyusul.

Sekitaran pukul 01.00 dini hari setelah habis suara dan tenaga untuk bercengkrama dengan yang lain, saya memutuskan untuk masuk ke tenda. Entah tenda siapa, karena saat itu tenda siapapun jadi milik siapapun. Siapa yang duluan masuk, dia boleh tidur disana. Namun, sayangnya, saya tidak bisa tidur. Sangking capeknya mungkin.

Lalu ada dia. Kami memang tidak terlalu akrab. Kami dari kota yang berbeda, sehingga jarang bertegur sapa. Namun, malam itu, dia duduk di dekat tenda tempat saya tidur. Sepertinya berada tidak jauh dari kepala saya. Dia memainkan gitarnya dengan baik sekali. Dia seakan mengiringi sayup-sayup suara teman-teman yang masih belum tidur. Dan saya merasakan hati ini menghangat.

Sepanjang malam, sampai pagi hari, dentingan suara gitarnya mengiringi saya menenangkan diri. Mungkin tidak benar-benar tidur, namun, setiap terbangun, dia ada. Dia tidak tidur dan dia tetap disitu. Meskipun saya tidak melihatnya, atau mendengarnya bicara, malam itu saya merasa mengenalnya lebih banyak. Dan satu-satunya yang bisa berkomunikasi lewat hal itu, adalah dia.

Hanya hal sepele seperti itu saja, bisa membuat saya terbangun di pagi hari dan melihatnya dengan pandangan yang berbeda dengan sebelumnya. Jauh berbeda. Saya ingin tahu lebih banyak lagi tentangnya. Lebih mengenalnya. Dan seterusnya.

Cerita ini akan indah jika pada akhirnya saya dan dia bersama. Tapi tidak. Kami tidak bersama. Menjadi lebih dekat, iya. Lebih mengenalnya, iya. Tapi tidak ada hal romantis yang terjadi diantara kami berdua. Ada banyak versi yang beredar di sekeliling pertemanan kami, mengenai kedekatan kami, keterbukaan saya tentang dia dihadapan semuanya meskipun hanya dianggap main-main saja, padahal sungguh saya segamblang itu mengatakan bahwa dia spesial. Hanya saja manusia suka aneh, kadang ketulusan dan keterbukaan justru dianggap bercanda saja.

Sekarang? Ya, begini saja. Cukup saja hal ini saya yang ingat dan mengenangnya. Sudah bertahun-tahun pula berlalu, dan saya putuskan untuk membiarkannya menjadi cerita yang indah dan tetap hangat sampai kapanpun saya ingin mengingatnya lagi. Sudah bertahun-tahun berlalu, dan banyak pengandai-andaian juga yang muncul. Namun, jika kamu pernah begitu menginginkan sesuatu, tapi tidak berani memiliki karena takut jika kamu miliki ternyata hal itu tidak seperti yang dibayangkan di kepala, maka kamu paham apa yang saya rasakan sekarang.

Cerita indah sampai kapanpun hanya akan menjadi cerita indah. Saya akan menjaganya agar tetap menjadi cerita indah.

Jadi, mau percaya atau tidak soal legenda tersebut, silahkan. Tapi, kalau memang punya waktu dan tenaga lebih, serta butuh sesuatu yang berbeda, coba saja. Siapa tau, angin akan berhembus ke arah sebaliknya, padamu juga. 

Salam hangat,
FDP.

0 comments: