Patah Hati Adalah Awal dari Transformasiku Menjadi Ubur-ubur

18:05 Frisca Putri 0 Comments


Hari ini tepat 28 hari aku menjadi gelandangan. Tolong jangan kasih selamat kepadaku karena ini bukan keberhasilan. Bagiku ini adalah nerakaku di dunia yang harus kulalui sendirian. Kenapa? Aku akan menceritakannya kali ini. 

Ubur-ubur adalah makhluk paling absurd di dunia ini menurutku. Namun juga paling luar biasa. Makanya, aku sangat mengidolakan makhluk ini, meskipun enggan bertemu secara langsung di dalam air. Apalagi pas lagi open water. 

Ubur-ubur bisa bertahan selama jutaan tahun tanpa perlu banyak berevolusi. Bisa dikatakan bahwa dia sudah sempurna untuk bisa berjuan selama jutaan tahun tanpa perlu menyesuaikan dan mengubah keadaan dirinya sendiri. Meskipun tidak punya otak, ubur-ubur mampu hidup dan terus beregenerasi sampai sekarang. Ubur-ubur bahkan berkembang biak secara vegetatif, jadi mereka bisa berkembang biak sendirian, gak perlu berdua.

Lalu, di sinilah aku, manusia yang menjadi ubur-ubur ketika patah hati.

Selama hampir 4 tahun ini, aku membangun hubungan menyenangkan dan juga tidak menyenangkan dengan seseorang. Seseorang yang sudah kuanggap bagian dari hidupku. Yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa kupisahkan dari kisah hidupku. Mungkin harus diakui, kami memulai semua ini dengan salah. Tapi, kami bertahan. Kami sama-sama berusaha untuk bertumbuh dan menjadi lebih baik satu sama lain.

Sampai akhirnya, di satu titik, pertumbuhan kami tidak lagi seimbang. Aku, tetap berjalan maju ke depan. Dia, entah sejak kapan dia berhenti berjuang. Belum lagi kerikil-kerikil sandungan yang mungkin saja membuatnya terjatuh dan tidak mau bangun lagi. Aku merasa, disampingku sekarang hanya angan. Tidak lagi ada dia yang menggenggam tanganku. Aku berjuang sendirian.

Aku memaksakan diri untuk terus berjuang dan berusaha, supaya kami berdua bisa sama-sama maju ke depan. Namun dia tetap tidak bergeming. Sudah tidak ada lagi niatnya untuk berada di sampingku. Sialnya, aku gak tau sejak kapan hal itu terjadi. Aku, pada akhirnya menyakiti diriku sendiri. Dia? Tidak peduli, dalam pandangannya sekarang sudah tidak ada lagi aku disana.

Aku merasa tersiksa setiap hari. Rasanya seperti dipaksa makan makanan yang tidak aku sukai. Aku jadi boneka tanah setiap hari. Hingga rasanya aku sudah tidak sanggup. Dan melepaskan tangannya.

Rumah yang tadinya ku bangun, ku titipkan padanya, menghilang bersama dengan menghilangnya genggaman tangan ini. Rumah itu menghilang, beserta dengan seluruh pondasi dan daratan yang mendasarinya. Aku menjadi gelandangan seketika. Aku gak punya apa-apa, dan tidak ada tempat berpijak lagi.

Aku terjatuh ke lautan dalam, karena daratan yang tadinya kupijak, juga menghilang. Aku tenggelam karena aku gak bisa berenang. Aku berusaha sekuat tenaga untuk tetap bertahan hidup, namun kadang gelombang datang dan menenggelamkan aku lagi.

Di hari ke-28 ini, gelombangnya lebih besar dari biasanya. Aku kehabisan tenaga, hingga yang kulakukan seharian ini hanya merengek saja. Merengek kepada diri sendiri yang juga sedang berjuang untuk bisa timbul ke permukaan lagi hanya untuk sedikit oksigen segar, supaya bisa berjuang lagi dalam balutan air.

Aku gelandangan yang sekarat, yang sedang berjuang bertahan hidup di tengah laut dari terpaan gelombang yang gak tau kapan datang dan kapan usai. Rasanya sesak, gak bisa bernafas. Aku sudah gak ingat siapa diriku sebelum aku jatuh dalam lautan ini. Yang kulihat hanya, samar-samar dia tertawa di daratan yang jauh dari jangkauanku. Dan mengundang siapapun untuk bertamu ke dalam rumah yang kami bangun sama-sama.

Aku gelandangan sekarat, yang bertahan hidup namun terus menelan pahitnya air garam.

Lalu aku teringat dengan ubur-ubur. Ubur-ubur pasti bisa bertahan di tengah kondisi seperti ini. Dia akan berenang bersenang-senang ke sana kemari justru ketika gelombang datang. Dan karena gak punya otak, dia pasti tidak akan peduli daratan ada dimana. Tentu dia juga gak akan kalah oleh arus gelombang kenangan masa lalu yang datang.

Sehingga, mungkin ini saatnya aku berevolusi menjadi ubur-ubur. Supaya aku juga bisa bersenang-senang ketika badaiku datang. Peduli setan daratan ada dimana, yang penting aku bisa hidup. Dan bersenang-senang meski sendirian. Meski hanya seorang gelandangan. 

Aku gelandangan sekarat, yang bercita-cita menjadi ubur-ubur.

Doakan aku.


0 comments: