Dari Seorang Sahabat : U N T I T L E D

06:55 Frisca Putri 2 Comments

satu lagi anak adam yang merasakan betapa sakitnya jatuh
terperangkap di dalam lubang dalam yang digali sendiri olehnya
terpenjara dalam jeruji besi yang dia bangun dengan begitu kokoh
seperti jantungnya yang dia penjarakan pada satu orang
berdetak namun tak lagi sanggup menjalankan fungsi utamanya

 
cinta ini ternyata begitu dahsyat namun hati ini tetap mampu menampung
dia begitu utuh dan genap mengisi tiap inci celah yang ada
begitu penuhnya sehingga tiada ruang kosong bagi yang lain
aku menutupnya dengan rapat dan enggan berbagi jika bukan denganmu

ya,
bukankah aku mengemasnya memang hanya untukmu?


aku yang mungkin terlalu naif membaca isyarat
disela  dentang waktu yang lantang bergerak maju,
saat kau pilih menghabiskannya bersamaku
seharusnya aku mencerna bukan dari sederet kalimat yang kau ucap,
melainkan setiap huruf perlu di-eja
untuk merangkai isyarat hatimu menjadi sempurna

hatimu memang tidak pernah memilihku,
harusnya aku paham itu
sementara aku terlalu sibuk memenuhi rasa ini di dalam tempatnya,
mengemasnya dengan apik
jauh berharap agar kelak aku bisa memenjarakannya di sana denganmu,

ternyata tidak


sampai aku tidak menyadari bahwa hati ini penuh oleh rasa yang tidak berbalas
aku jauh berekspektasi,
mencoba berspekulasi pada probabilitas yang sama sekali tidak menjanjikan
aku memenjarakan hati yang telah penuh olehmu pada tubuhku sendiri
menyesakkan.


bukankan cinta yang begitu besar membutuhkan hati yang juga besar untuk dapat menampungnya?
sepasang hati untuk menampung cinta yang teramat besar
ketika hanya satu hati yang siap,
tidaklah beda ia seperti merpati yang sayapnya terpanah
terbang tinggi habiskan sisa daya yang ada sebelum akhirnya ia jatuh terhempas

cinta ini begitu kuat menjejal milyaran neuron dikepalaku
mencari celah untuk keluar dan ingin segera aku membebaskannya
melepasnya berkelana,
menjembatani anak-anak adam dan hawa lainnya di luar sana yang menanti
membiarkan cinta itu membelenggu sepasang insan manusia yang tepat 
 
aku semakin yakin di luar sana kau sedang melakukan hal serupa
seperti apa yang aku lakukan
mengisi hati dengan rasa yang kini telah kau temukan sendiri,
rasa yang kau yakini
rasa yang mampu membawamu terbang setinggi puncak gunung,
rasa yang mengantarkanmu pada sejuknya pepohonan di belantara hutan tanpa tersesat
atau pada kedalaman laut yang menyembunyikan keindahan dan keheningan
seperti cintamu padanya yang mungkin kini tlah berbalas,
yang orang lain tak perlu tau
 
satu pesan yang tak ingin langsung aku sampaikan,
dimana pun kau berada,
dalam lelapmu yang indah
dikala serdadu fajar siap menyergap,
menghujani pagi dengan tetesnya hingga akhirnya menguap 
cukuplah kau menjaga cinta itu,
biarkan ia membelenggu dua hati kalian yang kokoh menampungnya

jika satu hati terluka,
jangan biarkan karena ia akan membebaskanmu
dan satu hati lain ikut terluka

jika cinta adalah pengorbanan,
biar aku saja.
 
-
Subuh, Desember 2014
Yuji Djamal.


------------------------------------------------------------**

Dari seorang sahabat,

Entahlah. Membacanya hanya mengingatkan kepada diri sendiri. Ini begitu mirip dengan yang pernah (atau sebenarnya masih sedang?) saya jalani. Untungnya dia mau berbagi hal ini. Sehingga, tulisan hari ini dipersembahkan untuk dia yang melakukan pengorbanan hakiki. Mencintai namun tak dicintai. Dan pada akhirnya hanya bisa berkata,

… Jika cinta adalah pengorbanan, biar aku saja.


Dan saya kemudian teringat quotes yang sangat saya sukai sampai sekarang.

“Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat.”
--Tere Liye, novel 'Eliana'
 

Saya rasa cukup berkaitan. Karena terkadang melepaskan juga berarti berkorban. Bahkan terkadang menyerah membutuhkan sebuah kekuatan tersendiri, dan itu tidak mudah.

Seseorang juga pernah berkata,

"Cinta adalah gangguan jiwa. Kamu belum mencintai, kalau belum sakit jiwa"

Begitulah. Silahkan menarik kesimpulan sendiri. :)


---------
Day 16. *checked*
Feeling Amaze,
Regards. FDP.

2 comments:

[Tentang] Insomnia

09:37 Frisca Putri 0 Comments



Insomnia menurut Kamus kesehatan adalah gangguan di mana orang tidak dapat mendapatkan cukup tidur atau tidur yang restoratif, karena satu atau lebih faktor. Penderita insomnia sering memiliki gejala di siang hari yang terkait dengan kurang tidur, seperti kantuk di siang hari, kelelahan, dan penurunan kewaspadaan mental.

Sementara menurut KBBI,

Insomnia : (nomina) keadaan tidak dapat tidur krn gangguan jiwa.

Silahkan digaris bawahi bagian “gangguan jiwa”-nya.

Sementara itu, Insomnia bisa dibagi menjadi beberapa bagian. Ada dua jenis utama insomnia: insomnia akut (insomnia transien) yang terjadi selama periode yang cukup singkat dan insomnia kronis, yang gejalanya lebih lama (umumnya lebih dari satu bulan).

Insomnia juga dapat diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Insomnia primer adalah gangguan yang tidak dapat dikaitkan dengan kondisi atau gangguan lain. Insomnia sekunder dapat ditelusuri ke sumber lain, yang mungkin adalah kondisi medis, penggunaan obat-obatan, alkohol atau zat lain, atau gangguan mental seperti depresi berat.

Dan kali ini, silahkan mulai menggaris bawahi “gangguan mental seperti depresi berat.” *LOL*

Jadi, maksud saya disini adalah saya ingin menekankan bahwa insomnia kebanyakan terjadi karena gangguan menta, gangguan jiwa atau semacamnya.  Meskipun saya bukan penderita yang akut karena hanya terjadi kadang-kadang saja. Ya, kadang-kadangnya itu pas-pasan waktu lagi menderita gangguan mental.

Atau gangguan jiwa.

Atau sedang jatuh cinta.

Atau sedang patah hati.

Saya baru benar-benar merasakannya semalam saat insomnia itu terjadi bukan karena gangguan jiwa. Dan saya sadar. Dan itu menyebalkan. Maksudnya, saya sadar saya mengantuk dan butuh tidur, namun otaknya terlalu bersemangat sehingga kehilangan kemampuan untuk meregangkan kesadaran saya supaya terlelap dalam keheningan malam.

Dan itu menyebalkan. Karena sungguh saya membutuhkan tidur.

Bayangkan, rasanya tubuh ini sudah lelah, biasanya dengan mengatur napas seadanya langsung akan terbang menghilang menuju dimensi lain. Namun ini, otak saya merespon dengan baik apapun yang saya lakukan. Nafas saya yang sengaja diatur. Perasaan selimut yang menyentuh kaki saya. Bahkan, saya bisa merasakan pasir-pasir kecil yang menahan tubuh saya di atas kasur. Hal-hal kecil seperti itu jadi sangat mengganggu dan membuat otak semakin tidak bersahabat.

Yang saya takutkan adalah karena malam itu panjang. Dan otak saya aktif. Saya takut kalau akhirnya saya terseret kedalam pikiran-pikiran yang tidak menyenangkan sampai pagi. Kasihan sekali jiwa saya kalau begitu. Belum lagi mood buruk yang akan menyertainya sehari kedepan. Dan belum lagi gangguan mentalnya. Serius loh, fokus berkurang saat kita kurang tidur, dan itu sangat-sangat membahayakan jiwa.

Tapi syukurlah, setelah memaksakan beberapa saat, saya mulai terlelap.

Kemudian, saya ngeri memikirkan bagaimana dengan dia yang mempunyai gejala insomnia akut dan kemudian jatuh cinta atau malah patah hati.

Ah, sudahlah.

---------
Day 15. *checked*
Feeling Okay,
Regards. FDP.

0 comments:

[Tentang] Cemburu

09:34 Frisca Putri 0 Comments


Cemburu adalah salah satu penyakit hati yang lain. Saya menyetarakan rasa cemburu dengan Iri hati, dengki dan dendam. Dan bagi saya, cemburu adalah hal paling sia-sia nomer dua, karena nomer satunya adalah rindu.

Gejalanya pun sama. Sama-sama membuat kesal saat didiamkan, sia-sia saat terungkapkan. Menambah sesak di dada. Semua serba salah. Dan benar-benar menjadi asupan yang buruk untuk mood sehari-hari. Tidak akan puas sampai diluapkan dengan caranya masing-masing. Ada yang baik hanya dengan memendamnya atau mengungkapkannya begitu saja, ada yang dengan menangis, bahkan ada yang sampai mengamuk hingga puas.

Cemburu itu tanda sayang, katanya.

Yea, right. Sangking sayangnya mungkin, sampai-sampai ada sebuah kasus pembunuhan berdasarkan cemburu. Dan lebih parahnya lagi, yang dibunuh bukan orang yang sedang selingkuh, tapi pasangannya sendiri. Oke itu Bego. Kemudian dia sendiri atas nama cinta lalu membunuh dirinya sendiri. BAM! Bego pangkat dua untuk dia.

Cemburu itu tanda memiliki, katanya.

Sejak kapan manusia bisa memiliki satu sama lain? Sejak kapan soal milik-memiliki ini dianut oleh pasangan-pasangan bodoh yang tidak mengerti hakikatnya dan menjadi dasar dari pemikiran bodoh ini. Lah, terkadang yang sudah menikah saja tidak bisa memiliki pasangannya seutuhnya. Ini benar-benar sebuah pernyataan yang absurd.

Cemburu itu karena peduli, katanya.

Iya. Terus sajalah kalian semua melakukan penyangkalan. Mencari-cari pembelaan terbesar karena malu mengakui hal yang sesungguhnya.

Karena bagi saya, Cemburu adalah tanda insecure.

Insecure dalam arti merasa orang yang membuat dia cemburu memiliki kualitas hidup jauh lebih tinggi dari dirinya, sehingga mulailah muncul ketakutan berlebih. Takut, apa yang dianggap miliknya akan berpaling ke orang tersebut. Cemburu hanyalah kiasan lain dari iri hati, iri karena dirinya tidak bisa berada di titik orang itu tinggal. Kembali lagi ke kualitas diri.

Orang yang merasa memiliki kualitas diri yang tinggi, tidak akan semudah itu mengatakan cemburu. Apalagi sampai posesif. Dia tidak akan mengekang pasangannya karena dia tahu pasti, bahwa tidak ada yang bisa membuat pasangannya berpaling karena kualitas dirinya sudah oke. Dan tentunya hal ini dilakukan kepada pasangan yang layak. Maksudnya, pasangan yang bisa menjaga kepercayaannya, bukan pasangan yang emang kegatelan comot sana comot sini.

See?

Maka dari itu, saya bilang. Cemburu adalah hal sia-sia yang buang-buang tenaga. Namun, sayangnya tidak banyak yang mengerti ini. Malah, pasangan-pasangan itu sibuk mencemburui siapa yang dekat dengan pasangannya, dengan siapa mereka hang out. Bukannya malah menyibukkan diri dengan meningkatkan kualitas diri.  

What a waste.

Bahkan, sepertinya mereka lebih menyukai ide bahwa siapapun teman pasangannya yang single maka mereka adalah ancaman. 
Oke, itu super duper bodoh.

Saya bukannya tidak pernah merasa cemburu. Bagaimanapun, perasaan insecure itu pasti ada. Namun, saya bisa mengatasinya dengan cepat. Dengan sebuah sugesti.

"Saya adalah wanita menarik yang mempunyai banyak hal baik yang menjadikan dia memilih saya. Saya punya banyak hal yang tidak dipunya orang lain. Dan saya tidak punya waktu untuk meratapi apa yang tidak saya punya. Karena saya sibuk memberikan waktu saya kepada hal yang jauh lebih bermanfaat.”

Dan kemudian saya akan tersenyum, dan berlalu begitu saja.

Ingat, tidak ada orang yang suka dikekang, dicurigai berlebihan. Itu saja. :p

---------
Day 14. *checked*
Feeling Pensieve,
Regards. FDP.

0 comments:

Dosa Masa Lalu

23:47 Frisca Putri 0 Comments


Tentang sebuah kesalahan yang terjadi di masa lalu. Tentang kebodohan yang dilakukan namun menjadi pelajaran berharga. Tentang sebuah saksi bisu bahwa kita semua hanyalah manusia biasa. Tentang sebuah kenangan yang mungkin telah terlupakan oleh kita, namun bukan orang lain.

Meskipun, kita sudah menyesalinya berkali-kali.

Dosa masa lalu yang masih terangkai dengan hukuman di masa kini. Yang paling parah adalah saat kita sebenarnya sudah belajar dari kesalahan itu, namun ternyata hal itu masih bersisa di hati orang lain. Apalagi, saat kita sudah beranjak maju dari waktu tersebut, namun pihak lain masih mengungkitnya karena baru tahu atau baru sadar.

Bukan tentang balas dendam. Namun, lebih konyol dari pada itu. Bagaimana ya menjelaskannya. Ummm… misalnya begini. Saat kita berbuat sebuah kebodohan yang akhirnya merugikan orang lain, namun saat itu orang tersebut belum mengetahuinya. Dan kemudian kita sadar, kita menyesal dan belajar sesuatu dari itu. Lalu melupakannya begitu saja. Namun, setelah kita jauh berjalan dari kebodohan itu, orang yang kita rugikan baru sadar. Dan mulai meminta pertanggung jawaban dari sakit hati dan kerugiannya.

Well, kalau sudah begini, saya hanya bisa menghembuskan nafas dalam-dalam dan berkata,

“Sudahlah, tidak boleh protes dengan hukuman atas dosa di masa lalu.”

Karena bagaimanapun, itu adalah tanggung jawab kita. Maksudnya, itulah hukuman yang didapatkan ketika melakukan kebodohan tersebut. Meskipun sebenarnya kita sudah jauh melangkah, dan kembali mengurusi hal itu adalah sangat membuang-buang waktu dan tenaga. Tapi, mau tidak mau, kita harus bertanggung jawab atas kemarahan orang yang ita rugikan. Itu kewajiban. Setidaknya mereka punya hak untuk melampiasan amarahnya.

Dan kita tidak boleh protes. Terima saja. Itu hukumannya.

Anggap saja, dalam sebuah perjalanan kita memang harus menemukannya. Kalau mau bicara sok-sokan sedikit. Mending dihukum di dunia daripada dihukum di alam sana.

Sebenarnya yang ingin saya sampaikan adalah, apapun itu kita harus bertanggung jawab penuh terhadap semua kesalahan dan kebodohan yang dilakukan. Karena suatu saat, semua itu akan menjadi Dosa di Masa Lalu. Dan saat pembalasan terjadi, kita harus siap.

Begitulah.


---------
Day 13. *checked*
Feeling Wise,
Regards. FDP. 

0 comments:

Secangkir Kopi di Pagi Hari.

09:32 Frisca Putri 0 Comments



Entah sejak kapan Kopi menjadi sebuah ritual tersendiri untuk saya. Kopi menjadi penenang dan berhasil menentramkan hati yang selalu menjadi prioritas utama di dalam kepala. Hati yang selalu kacau. Dan kemudian kopi menjadi titik nol-nya.

Kopi dulu pernah membuat sejarah buruk pada tubuh saya. Dia selalu bisa membuat mual setelah setiap tetes yang saya teguk. Dan itu membuat saya trauma. Lalu, kopi menjadi sebuah hal terlarang bagi saya dan pencernaan saya. Dulu.

Kemudian, entah sejak kapan semua itu berubah. Ketika rasa mual itu tidak pernah mengganggu lagi. Masih tetap timbul, namun terabaikan. Saya lebih terpesona dengan apa yang berhasil dia perbuat untuk kenyamanan saya. Saya menemukan kedamaian tersendiri saat getir pahit itu melintas di lidah saya.

Bahkan, sekarang jauh lebih ekstrim. Saya bisa merasakan kadar kepekatan kafein yang meluncur begitu saja meleati tenggorokan. Dan jika bukan dengan intensitas tertentu, saya pasti mencemoohnya. Setelah saya pikir, saya memang orang yang menyebalkan ya? Haha.

Mungkin, kepahitan itu menjadi pengisi kekosongan sendiri terhadap perasaan saya. Menjadi distraksi yang baik untuk tidak fokus kepada kehampaan yang selalu saya rasakan saat membutuhkan kopi itu sendiri. Kadang saya sering bertanya, apakah ini memang rasa ketergantungan saya terhadap kopi, atau mungkin hanya rasa ketergantungan terhadap sensasi yang dia berikan kepada saya.

Awalnya, hanya sebuah pelarian kecil. Menurut saya, rasa tidak nyaman yang ditimbulkan kopi akan mengalahkan rasa tidak nyaman yang saya rasakan sebelumnya. Kemudian, ternyata saya juga menyukai ketidak nyamanan itu. Seakan membaur menjadi satu mengisi dengan penuh kekosongan yang timbul karena sesuatu disana telah dicabut paksa.

Dan pada akhirnya, kopi menjadi bagian dari saya.

Meskipun saya tahu, tidak selamanya saya bisa menghindar dari hal-hal yang harus saya hadapi. Namun, sekarang, untuk saat ini, melarikan diri seperti ini menjadi jauh lebih mudah. Sampai saatnya saya harus menghadapinya dengan tegar. Seperti biasa. Menjadi wanita tangguh seperti biasa. Tanpa mereka tahu darimana kekuatan itu berasal, tapi saya sudah biasa.

Dan untuk saat ini hanya kopi yang mengetahui rahasia kecil ini.

Secangkir kopi di pagi hari, secangkir kekuatan yang dibutuhkan untuk menjalani hari.

Sampai kapan?

Sampai tubuh ini berkata,

“Sudah cukup, fris. Berhenti berjuang. Saatnya menyerah.”

---------
Day 12. *checked*
Feeling Flat,
Regards. FDP.

0 comments: