Rindu Itu...
Derita dari penulis moody-an seperti saya adalah, saat sedang berada dalam suatu fase dan itu sangat menguasai seluruh belahan otak saya, maka saat itu pula saya tidak pernah bisa berfikir hal lainnya. Kali ini, sebuah kata Rindu muncul dipikiran saya. Walau sudah berusaha sekuat tenaga menghalaunya, rasa itu tetap datang. Dan saya tidak bisa berfikir apapun selain itu sekarang.
Oleh karena itu, sebelumnya saya akan minta
maaf untuk hal yang kiranya tidak menyenangkan ini.
Salahkan hujan. Salahkan semua kenangan yang
tiba-tiba menyeruak masuk tanpa tendeng aling-aling. Dan itu pasti karena
hujan. Pasti.
Rindu bagi saya adalah kata kerja. Kata kerja
yang selalu saya lewati begitu saja saat harus berhadapan dengannya. Namun
terkadang Rindu curang. Datangnya tidak terdeteksi, dan keroyokan. Sehingga
benteng pertahanan saya seringkali jebol. Dan butuh usaha yang tidak sedikit
untuk kembali menambalnya seperti sedia kala.
Saya sepertinya sudah lupa rasanya Rindu yang
menyenangkan. Sudah lupa rasa Rindu yang tersalurkan selain melalui doa-doa
panjang di malam hari dan tetes-tetes airmata yang membantu mengurangi rasa
sesaknya. Rindu tidak pernah memberi kesempatan kepada saya untuk terlepas dari
kenangan yang ingin saya tenggelamkan begitu saja diantara
kebahagiaan-kebahagiaan lain.
Rindu bagi saya adalah kata sifat yang jahat. Dia tidak
pernah berlabuh pada sesuatu yang baik. Mungkin, doa-doa itu akan menjadi lebih
indah karena perasaan-perasaan di dalamnya tulus tanpa terhalang suatu apapun.
Namun, Rindu ini sebuah kesia-siaan tersendiri. Saat terungkapkan, atau
terucapkan, dia hanya akan terlepas dari bibir saja. Tidak terobati.
Rindu bagi saya adalah kata keterangan yang
kuat. Sebegitu kuatnya sehingga, kebanyakan orang-orang yang memahaminya hanya
akan tersenyum maklum saat tidak melihat sebuah senyum di bibir sang perindu.
Walau sebagian yang lain akan tetap mencemooh. Ya, belum tahu saja mereka,
bagaimana rasanya merindukan yang tidak boleh dirindukan.
Rindu itu kenangan. Rindu itu kumpulan
kebahagiaan. Yang mengawang-awang di langit-langit hati. Membayangi, namun
tidak terjangkau.
Ataukah mungkin saya hanya terlalu menempatkan
kenangan-kenangan tersebut dalam bingkai yang terlalu mencolok? Sehingga, ditumpuk
bagaimanapun, dia tetap terlihat. Dia tetap menjadi Point Of Interest. Mengundang rindu yang akhirnya hanya menciptakan perasaan kosong di sana.
Intinya. Saya merindukanmu.
Puas?
*ditulis sambil mendengarkan lagu One OK Rock –
Be The Light.*
---------
Day 5. *checked*
Feeling Incomplete,
Regards. FDP.
0 comments: