Secangkir Kopi di Pagi Hari.

09:32 Frisca Putri 0 Comments



Entah sejak kapan Kopi menjadi sebuah ritual tersendiri untuk saya. Kopi menjadi penenang dan berhasil menentramkan hati yang selalu menjadi prioritas utama di dalam kepala. Hati yang selalu kacau. Dan kemudian kopi menjadi titik nol-nya.

Kopi dulu pernah membuat sejarah buruk pada tubuh saya. Dia selalu bisa membuat mual setelah setiap tetes yang saya teguk. Dan itu membuat saya trauma. Lalu, kopi menjadi sebuah hal terlarang bagi saya dan pencernaan saya. Dulu.

Kemudian, entah sejak kapan semua itu berubah. Ketika rasa mual itu tidak pernah mengganggu lagi. Masih tetap timbul, namun terabaikan. Saya lebih terpesona dengan apa yang berhasil dia perbuat untuk kenyamanan saya. Saya menemukan kedamaian tersendiri saat getir pahit itu melintas di lidah saya.

Bahkan, sekarang jauh lebih ekstrim. Saya bisa merasakan kadar kepekatan kafein yang meluncur begitu saja meleati tenggorokan. Dan jika bukan dengan intensitas tertentu, saya pasti mencemoohnya. Setelah saya pikir, saya memang orang yang menyebalkan ya? Haha.

Mungkin, kepahitan itu menjadi pengisi kekosongan sendiri terhadap perasaan saya. Menjadi distraksi yang baik untuk tidak fokus kepada kehampaan yang selalu saya rasakan saat membutuhkan kopi itu sendiri. Kadang saya sering bertanya, apakah ini memang rasa ketergantungan saya terhadap kopi, atau mungkin hanya rasa ketergantungan terhadap sensasi yang dia berikan kepada saya.

Awalnya, hanya sebuah pelarian kecil. Menurut saya, rasa tidak nyaman yang ditimbulkan kopi akan mengalahkan rasa tidak nyaman yang saya rasakan sebelumnya. Kemudian, ternyata saya juga menyukai ketidak nyamanan itu. Seakan membaur menjadi satu mengisi dengan penuh kekosongan yang timbul karena sesuatu disana telah dicabut paksa.

Dan pada akhirnya, kopi menjadi bagian dari saya.

Meskipun saya tahu, tidak selamanya saya bisa menghindar dari hal-hal yang harus saya hadapi. Namun, sekarang, untuk saat ini, melarikan diri seperti ini menjadi jauh lebih mudah. Sampai saatnya saya harus menghadapinya dengan tegar. Seperti biasa. Menjadi wanita tangguh seperti biasa. Tanpa mereka tahu darimana kekuatan itu berasal, tapi saya sudah biasa.

Dan untuk saat ini hanya kopi yang mengetahui rahasia kecil ini.

Secangkir kopi di pagi hari, secangkir kekuatan yang dibutuhkan untuk menjalani hari.

Sampai kapan?

Sampai tubuh ini berkata,

“Sudah cukup, fris. Berhenti berjuang. Saatnya menyerah.”

---------
Day 12. *checked*
Feeling Flat,
Regards. FDP.

0 comments: