Secangkir Kopi di Pagi Hari.
Entah sejak kapan Kopi menjadi sebuah ritual tersendiri untuk
saya. Kopi menjadi penenang dan berhasil menentramkan hati yang selalu menjadi
prioritas utama di dalam kepala. Hati yang selalu kacau. Dan kemudian kopi
menjadi titik nol-nya.
Kopi dulu pernah membuat sejarah buruk pada tubuh saya. Dia selalu
bisa membuat mual setelah setiap tetes yang saya teguk. Dan itu membuat saya
trauma. Lalu, kopi menjadi sebuah hal terlarang bagi saya dan pencernaan saya.
Dulu.
Kemudian, entah sejak kapan semua itu berubah. Ketika rasa mual
itu tidak pernah mengganggu lagi. Masih tetap timbul, namun terabaikan. Saya
lebih terpesona dengan apa yang berhasil dia perbuat untuk kenyamanan saya.
Saya menemukan kedamaian tersendiri saat getir pahit itu melintas di lidah
saya.
Bahkan, sekarang jauh lebih ekstrim. Saya bisa merasakan kadar
kepekatan kafein yang meluncur begitu saja meleati tenggorokan. Dan jika bukan
dengan intensitas tertentu, saya pasti mencemoohnya. Setelah saya pikir, saya
memang orang yang menyebalkan ya? Haha.
Mungkin, kepahitan itu menjadi pengisi kekosongan sendiri terhadap
perasaan saya. Menjadi distraksi yang baik untuk tidak fokus kepada kehampaan
yang selalu saya rasakan saat membutuhkan kopi itu sendiri. Kadang saya sering
bertanya, apakah ini memang rasa ketergantungan saya terhadap kopi, atau
mungkin hanya rasa ketergantungan terhadap sensasi yang dia berikan kepada
saya.
Awalnya, hanya sebuah pelarian kecil. Menurut saya, rasa tidak
nyaman yang ditimbulkan kopi akan mengalahkan rasa tidak nyaman yang saya
rasakan sebelumnya. Kemudian, ternyata saya juga menyukai ketidak nyamanan itu.
Seakan membaur menjadi satu mengisi dengan penuh kekosongan yang timbul karena
sesuatu disana telah dicabut paksa.
Dan pada akhirnya, kopi menjadi bagian dari saya.
Meskipun saya tahu, tidak selamanya saya bisa menghindar dari
hal-hal yang harus saya hadapi. Namun, sekarang, untuk saat ini, melarikan diri
seperti ini menjadi jauh lebih mudah. Sampai saatnya saya harus menghadapinya
dengan tegar. Seperti biasa. Menjadi wanita tangguh seperti biasa. Tanpa mereka
tahu darimana kekuatan itu berasal, tapi saya sudah biasa.
Dan untuk saat ini hanya kopi yang mengetahui rahasia kecil ini.
Secangkir kopi di pagi hari, secangkir kekuatan yang dibutuhkan
untuk menjalani hari.
Sampai kapan?
Sampai tubuh ini berkata,
---------
Day 12. *checked*
Feeling Flat,
Regards. FDP.
0 comments: